Cari Blog Ini

Kamis, 14 November 2013

"Jangan Bersedih, Allah Bersama Kita...."

Sehebat apapun kaum Musyrikin membuat rencana untuk menggagalkan hijrahnya Rasul Muhammad Saw, Allah-lah Sang Perencana terbaik.

Musim semi baru akan berlangsung. bulan pada malam itu nampak kecil dilatari gugusan bintang yang berserakan di langit. udara dingin serasa menggigit kulit. terpaan angin yang menerbangkan buliran-buliran pasir gurun membuat mata terpicing dan terkantuk-kantuk.

Ketika sebagian masyarakat Mekah sedang tidur terlelap, Rosulullah Saw tengah berkemas-kemas. sementara itu beberapa orang musyrikin menyatroni lingkungan, mewaspadai gerak-gerik yang mereka incar dan curigai.

Keadaan yang demikian sunyi dan mencekam tidak membuat nyali Rosulullah menciut untuk beranjak keluar dari kediamannya. Ya, malam itu permulaan Rabiul Awwal, menjadi langkah awal perubahan yang penuh persiapan masak bagi berlangsungnya agama ISLAM di muka bumi.


Nabi masih sempat membisikkan kepada Ali bin Abu Thalib RA, sepupunya yang pemberani, untuk segera menempati ranjangnya seraya berbalut selimut hijau dari Hadhramaut (Yaman). Sambil meraup pasir di pelataran rumahnya, kemudian beliau berdo'a dan melontarkan pasir dalam genggamannya itu.

Sekejap kemudian puluhan pemuda kaum musyrikin yang semula menyatroni gerak-gerik Rosul Saw terlelap. dan Rosulullah Saw pun berlalu dengan selamat, semua itu bi'idznillah (dengan izin Allah Ta'ala). kemudian bersama Abu Bakar bin Abu Quhafah RA, Nabi meninggalkan kota Mekah dan menuju ke arah selatan, menuju ke sebuah gua di bukit Tsur. sebelum melangkahkan kaki, Rosulullah menatap kota Makkah dari kejauhan.

Dengan berlinang air mata, beliau berucap " Demi Allah, engkaulah bagian bumi Allah yang paling baik dan paling aku cintai. Andai aku tidak di usir dan tidak di perintah oleh Allah, maka aku tidak akan meninggalkanmu, wahai kota Makkah".

Gua yang sempit dan jarang disinggahi manusia itu dipilih untuk satu tujuan yang tidak diketahui siapapun kecuali Nabi Saw, Abu bakar, sahabat yang kelak menjadi mertua beliau, dan empat orang lainnya yakni Ali bin Abu Tholib, Abdullah, dan Asma (keduanya putra-putri Abu bakar), serta pembantu Abu Bakar, Amir bin Fuhairah.

Keempat orang itu mendapat tugas yang sangat strategis bagi kesuksesan perjalanan yang amat sangat bersejarah tersebut. Ali berdiam dirumah Rosul Saw untuk mengelabuhi kaum musyrikin. Abdullah di tugasi untuk memonitori perkembangan berita di kalangan orang-orang kafir Mekah lalu menyampaikan kepada Rosul Saw pada malam harinya ke tempat persembunyiannya. Asma setiap sore membawa makanan untuk Rosul dan ayahandanya. Amir bin Fuhairah ditugasi menggembalakan kambing Abu Bakar, memerah susu, dan menyiapkan daging. Apabila Abdullah bin Abu Bakar kembali dari gua, maka datang Amir mengikutinya dengan kambingnya guna menghapus jejak.

Sementara itu pihak Quraisy berusaha keras mencari jejak Rosul Saw dan Abu Bakar As-shidiq. pemuda-pemuda Quraisy dgn wajah beringas membawa senjata tajam, mondar-mandir ke segala penjuru. Ketika bergerak menuju Gua Tsur mereka menyambangi bibir gua itu. sang pemimpin hendak masuk, tp kemudian tdak jadi.

"Kenapa tidak masuk kedalam?" tanya anak buahnya.
"Setelah ku amati, tampaknya gua ini tidak mungkin dijadikan persembunyian. didalamnya ada sarang laba-laba dan sarang burung liar hutan. Akal sehatku mengatakan, tdak mungkin ada orang yang kita cari," katanya

Sedangkan didalam gua, Abu Bakar merasa khawatir. derap langkah orang-orang itu seakan hampir menemukan mereka. ia berkata " Wahai Rosulullah, andai salah satu di antara mereka menemukan kita, habislah kita. jika aku mati, apalah diriku. tapi jika dirimu yang mati, tamatlah riwayat dakwahmu. bagaimana jadinya?".

Beliau menjawab dengan balik bertanya, " Apa yang ada dibenakmu jika berduanya kita disini jg ada Allah, yang ketiga di antara kita?".

Maka turunlah firman Allah,
 إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
 Artinya :
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita". Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS.At-Taubah ayat 40)

Setelah meyakini apa yang dicari tampaknya tidak membuahkan hasil, gerombolan musyrikin ini meninggalkan gua tsur tersebut.
(sumber: www.majalah-alkisah.com)